Sesudah mendengar informasi dari tv, ada rasa marah yang menggumpal
di dada. Di Situbondo ada arisan seks yang dilakukan pelajar SMA.
Berdasarkan pengakuan PSK yang ditemui LSM peduli AIDS. Apa yang salah
dengan kondisi masyarakat sekarang ini? Begitu banyak pertanyaan
bermain-main dalam kepalaku. Aku seorang perempuan, istri sekaligus ibu.
Aku memiliki sepasang anak. 12 tahun laki-laki dan 9 tahun perempuan.
Salahkah kalau aku mencemaskan masa depan anak-anakku?
Aku
tahu aku belum menjadi ibu yang terbaik bagi mereka, makanya aku terus
berusaha. Tidak mudah tapi aku tak akan pernah berhenti berusaha.
Kembali pada kegelisahan hatiku. Apa yang mendorong anak-anak SMA
(laki-laki) terpikir atau punya ide membuat arisan seks? Kok idenya gila
bener? Bener-bener gila! Apa yang membuat mereka berpikir dan ingin
mencoba melakukan hubungan seks? Benar pada usia remaja, hormon dalam
tubuh terjadi perubahan besar-besaran. Naluri ketertarikan pada lawan
jenis adalah normal. Tapi kok yah terpikir untuk melakukan hubungan seks
dengan PSK lagi?
Beberapa minggu terakhir media juga
ramai memberitakan akan adanya perubahan kurikulum pendidikan. Aku belum
mencari tahu detilnya. Tapi sekilas terdengar akan dihapuskannya mata
pelajaran IPA dan IPS. Lalu mata pelajaran bahasa Inggris menjadi mata
pelajaran ektrakurikuler. Aku tidak tahu ini langkah mundur atau memang
sudah dikaji dengan serius. Lalu akan diganti dengan mata pelajaran apa?
Budi pekerti? Pembangunan karakter sudah harus dibangun sejak masih
dalam rumah (pra sekolah).
Di negara barat, memang ada
pendidikan penjurusan sesuai minat dan bakat anak. Di Indonesia semua
pukul rata sejak TK hingga SMA, Mata pelajarannya itu-itu saja. Jadi
jangan harap naik kelas lalu bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi kalau tidak berhasil di mata pelajaran yang ditentukan.
Tidak ada perguruan tinggi menerima mahasiswa yang tidak punya ijasah
SMA atau setingkat atau sederajat. Walau Perguruan Tingginya khusus
mengajarkan seni tari, seni pertunjukan, seni lukis yang tiak ada
kaitannya dengan matematika, fisika, kimia dan biologi.
Aku
teringat pada seorang kawan di SMA yang harus keluar karena ia tidak
bisa mendapat nilai lebih dari 6 untuk pelajaran eksakta. Ia hanya
menguasai ketrampilan menggambar. Dan statusnya sebagai pelajar SMA
selesai sampai kelas satu saja karena tidak naik ke kelas dua. Dan
mungkin ia sadar tidak akan mampu, maka ia keluar. Setahun-dua tahun
pertama kami masih berkomunikasi lama-lama tenggelam dalam aktifitas
masing-masing dan tidak ada kabar lagi. Sempat medengar kabar, ia
membuka usaha sebagai pelukis pinggi jalan di Pasar Baru. Aku sempat
mencari ke sana untuk mendata kawan-kawan, tapi tak bertemu. (Urusan reuni)
Kok,
aku jadi melantur. Aku cuma mau bilang memang ada yang salah dengan
kurikulum pendidikan Indonesia. Anak-anak sekarang lebih ditekankan
mendapat nilai tinggi ketimbang berlaku jujur. Anak tidak diajar
menerima resiko dan tanggung jawab. Kalau mereka belajar pasti nilainya
baik. tapi karena pelajarannya (Materi dan metode) juga tidak pasti
(tiap tahun berubah) maka tak heran kalau pelajaran sekarang sangat
sulit dipahami.
Kembali pada persoalan kegelisahan hati dan jiwaku.
Aku masih mempertanyakan, apa dasar anak-anak SMA itu melakukan arisan
seks? Kok kreatif banget yah? Apakah kemajuan dunia tekonologi,
komunikasi dan informasi a.k.a internet yang menyebabkannya? Apakah
peredaran film porno/bacaan porno yang bebas? Di mana peran masyarakat,
pendidik, orangtua, pemuka adat, pemuka agama?
Bicara
libido, adalah sesuatu yang wajar. Diperlukan pengetahuan dan informasi
untuk mengendalikan libido. Benarkah karena tidak adanya pendidikan
seks di sekolah? Atau karena seks adalah hal tabu untuk dibicarakan
secara terbuka antara anak dan orangtua atau antara murid dan guru? Ini
para sosiolog dan psikolog harus mencari solusi, agar ada suaut metode
yang bisa diinformasikan untuk menanggulangi pengendalian libido para
remaja.
Karang taruna adalah salah satu organisasi
beranggotakan para remaja untuk melakukan bermacam-macam aktifitas. Ada
pelatihan olahraga dan seni baik untuk meningkatkan ketrampilan,
melestarikan budaya hingga untuk mencapai prestasi. Sayang gaungnya
Karang Taruna sudah hilang ditelan jaman. Mungkin istilah Karang Taruna
juga hanya sebagian pemuda atau remaja atau masyarakat umum yang
mengetahuinya. Tapi coba sebutkan nama boy/girl band lokal atau internasional.
Pasti semua dengan cepat mampu menyebutkan lebih dari 5 nama.
Rasanya
semua komponen bangsa harus duduk dan mendiskusikan segera secara
bersama-sama. Mau dibawa kemana masa depan generasi muda jika moral
sudah tidak ada? Dari data kementerian kesehatan, kaum yang rentan
terhadap penularan HIV AIDS adalah para ibu rumah tangga dan anak muda.
Bahkan kini sudah ada 45 % dari total populasi penderita HIV AIDS
adalah anak muda.
Hubungan seks memang bukan
satu-satunya cara penularan HIV AIDS tapi salah satu penularan langsung
yang paling cepat. Jadi jangan heran kalau target ke 6 dari MDG's
(Millenium Development Goals) yaitu Pemberantasan bersama terhadap HIV
AIDS dan Malaria tidak akan tercapai. Targetnya tahun 2015. Sekarang
saja sudah tahun 2012 dan data yang ada malah terjadi peningkatan yang
cukup signifikan.
Bagaimana HIV AIDS tidak akan
meningkat jika anak SMA saja punya ide membuat arisan seks. Banyak
kelompok yang menentang sosialisasi penggunaan kondom karena dianggap
melegalkan hubungan seks bebas. Andaikan para pemuka adat/pemuka agama
mampu memberikan arahan agar umat membentengi iman agar menghormati
ikatan pernikahan, menjaga komitmen dan kepercayaan dengan tidak
berselingkuh. Tapi kini sulit mencari panutan. Perselingkuhan
dilakukan praktisi politik (anggota dewan) artis, bupati dan lain-lain.
Dan pemberitaannya sangat gencar. Lebih banyak pemberitaan seputar aib
ketimbang pemberitaan pencapaian prestasi.
Kepalaku mumet
memikirkan apa yang harus kulakukan sebagai perempuan, istri sekaligus
ibu untuk membuat acuan pegangan dan arahan untuk kedua anakku. Tentu
tidak bisa menjaga mereka selama 24 jam. Aku sudah membiasakan melakukan
komunikasi terbuka, membangun komitmen dan kepercayaan anak-anak. Bahwa
aku dan papa mereka adalah pegangan dan pelindung mereka. Arahan yang
baik dan positip terus kami berikan tapi andaikan mereka melakukan
kesalahan/kekhilafan, mama dan papa
ada dan akan mendampingi. Tidak sejengkalpun papa dan mama akan
meninggalkan kalian. Baru itu yang bisa aku lakukan. Bagaimana dengan
anda?
Tulisan ini juga dimuat di Kompasiana
Tulisan ini juga dimuat di Kompasiana
2 comments:
semoga anak-anak kita dijauhkan dari perbuatan-perbuatan yang tercela.
Bundaaa, akun kompasiananya apa? Lebih baik bila dicantumkan.
Artikelnya menarik, saya suka. Pemabhasan tentang seks memang harus dijelaskan dengan baik dan benar agar tidak salah kaprah dan dipraktekkan diam2
Post a Comment