Kebanyakan orangtua ingin selalu merasa dekat dengan
anak-anaknya. Tapi tidak banyak orangtua yang mencari tahu dan berusaha lebih
keras agar bisa merasa dekat. Ada dua hal berbeda antara selalu dekat dengan
anak dan merasa dekat dengan anak. Nyonya Bawel dan suami ingin menjadi sahabat bagi anak remaja, khususnya anak-anak kami.
Bisa jadi kita selalu dekat dengan anak tapi tidak “merasa”
dekat dengan anak. Atau “merasa” dekat dengan anak hanya perasaan, padahal
anaknya tidak merasa dekat. Nah loh! Ada yang seperti ini? Nyonya Bawel sudah
merasakan dua-duanya. Dulu saat Nyonya Bawel masih jadi buruh yang harus
terikat jam kerja, Nyonya Bawel “merasa” dekat dengan anak-anak. Karena Nyonya
Bawel selalu memikirkan anak-anak. Tapi
apakah anak-anak “merasa” dekat dengan Nyonya Bawel? Belum tentu. Tapi Nyonya
Bawel yakin anak-anak juga “merasa”
dekat dengan Nyonya Bawel karena mereka selalu menyambut hangat saat Nyonya Bawel pulang kerja.
Kami punya waktu bersama tidak panjang tapi cukup intens.
Sepulang kerja Nyonya Bawel, minta waktu pada anak-anak untuk istirahat sebelum
bebersih (mandi). Biasanya kedua anak Nyonya Bawel mengiyakan dan tidak lupa
mengambilkan Nyonya Bawel air minum. Lalu keduanya akan kembali ke depan televisi.
Usai bebersih, kami sekeluarga makan malam bersama, sambil
ngobrol. Nyonya Bawel dan suami melepaskan anak-anak untuk bercerita apa
kegiatan mereka di sekolah tanpa bertanya. Nyonya Bawel dan suami ingin selalu menjadi sahabat anak maka kami membiarkan
kedua anak bercerita seingat mereka tanpa ditanya. Umumnya 3 hal yang di
ceritakan, kegiatan belajar dan mengajar, bermain dengan kawan dan interaksi
dengan guru atau dengan orangtua murid.
Sebagai orangtua Nyonya Bawel dan suami lebih sering
bertanya hal yang terkait dengan perasaan. Gembirakah kamu hari ini? Apa yang
membuat kamu gembira? Atau adakah yang membuat kamu kesal hari ini? Jika
nilaimu dapat 7 apakah kamu senang? Usai makan bersama, anak-anak akan belajar. Baik mengerjakan Pekerjaan Rumah atau belajar untuk beberapa mata pelajaran besok. Selesai belajar, kami masih melanjutkan kebersamaan di tempat tidur. Ini adalah rangkaian upaya Nyonya Bawel menjadi sahabat remaja.
Biasanya membacakan cerita. Ini kami lakukan secara bergantian. Usia baca cerita, anak-anak akan memberi tanggapan/kesan mereka atas ceita tersebut. Lalu diakhir dengan doa malam jelang tidur.
Kini kedua anak Nyonya Bawel berada di usia remaja, menuju
13 dan 16 tahun, pertengahan tahun nanti (Keduanya lahir akhir Juli, 27 dan 31)
pertumbuhan tubuh dan aktifitas social mereka jelas berubah. Keduanya mempunya
akun media social yang masih Nyonya Bawel control. Keduanya memiliki smartphone.
Dulu Nyonya Bawel bertekad tidak akan memberikan mereka smarphone sampai usia
jelang dewasa. (18 tahun) renacana tidak sesuai kenyataan karena situasi dan
kondisinya. Terkait aktifitas dan komunikasi. Upaya mejaga dan mengontrol
keberadaan anak-anak, mau tidak mau
menjadi alasan Nyonya Bawel dan suami memberikan smartphone sebelum waktu yang awalnya kami sepakati.
Karena keduanya masih diusia remaja, Nyonya Bawel dan suami
ingin menjadi "orang dekat" mereka. Bahasa kerennya, sahabat! Kenyataannya
tidak mudah., menjadi sahabat remaja. Mereka mempunyai kriteria sendiri untuk kategori sahabat. Maka
inlah yang Nyonya Bawel dan suami lakukan, agar keduanya tetap menjadikan kami
sebagai “orang dekat”. Menjadi sahabat remaja.
1.
Memahami
dan masuk dalam dunia mereka. Apa sih yang sedang disukai dan dijadikan
bahan pembicaraan. Mencari tahu topik-topik tersebut dan sebisa mungin
ikutanberopini. Tapo\i jangan lakukan kalau tidak diminta. Cari tahunya
darimana? Kalau Nyonya Bawel selalu menjadikan obrolan santai sebagai upaya
menggali apa yang disukai dan dengan siapa, anak-anak berkawan.
2.
Mengumpulkan
kesabaran seluas Samudera.
Artinya coba lepaskan beban dan kewajiban
sebagai “orangtua”. Berusaha dan menurunkan profil diri, menjadi seolah anak
remaja juga. Kita sebagai orangtua tidak akan bisa satu rasa/ satu pemahaman
kalau berdiri didua sisi. Saat bergaul dengan anak remaja, orangtua harus
menjadi sosok anak remaja juga. Termasuk cara berpikir.
3. Menghilangkan perasaan sungkan/ nggak enak.
Terkadang sebagai orangtua Nyonya Bawel
suka merasa kurang nyaman kalau berpikir seolah anak remaja. Misalnya, jalan
sambil makan es krim. Atau tertawa terbahak-bahak. Selama tidak mengotori lantai
mall dan tidak menggangu sekeliling, Nyonya Bawel lakukan. Sesekali Nyonya
Bawel suka juga mengingatkan : “Aduh Kak, pasti orang lihat Mama dikira abg
telat deh. Gini hari masih cekakakan.” Biasanya Si sulung akan berkata: “Cuek
aja Ma, gaul gitu loh!”
4. Menggunakan
Sudut Pandang Anak.
Pengalaman kita sebagai orangtua, pastinya
selankah lebih maju. Akan tetapi kalau kita ingin menjadi bagian dan selalu
dilibatkan anak dalam aktifitasnya, maka kita harus selalu menggunakan sudut
pandang anak. Hal ini akan memudahkan kita memahami perasaan dan cara berpikir
remaja. Terkadang ada perasaan geli dan ingin tertawa, jangan lakukan itu. Jika
kita tidak berempati dengan anak terutama remaja, maka siap-siaplah kita akan
kehilangan mereka.
Untuk merasa dekat selain kita harus mendekatkan diri ke
anak, sebagai orangtua Nynya Bawel sebisa mungkin terlibat dalam aktifitas
anak-anak. Pun sebaliknya dalam aktifitas Nyonya Bawel, sebisa mungkin juga
melibatkan anaka-anak. Sehingga jika Nyonya bawel berbicara tentang kegiatan
Nyonya Bawel, anak-anak tidak sungkan menanggapi.
Menjadi orang dekat/sahabat anak terutama anak diusia remaja
adalah salah satu upaya penjagaan. Kedekatan anak dan orangtua, akan menjadi
semacam tali tak nyata yang mengikat anak secara emosi dengan orangtua. Harapan
kita, si anak akan dating kepada orangtua bukan kepada kawan, seandainya
menghadapi masalah. Yuk ah, kita bersahabat dengan anak. Berjiwa muda akan
memberikan energy lebih.
No comments:
Post a Comment